BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trombositopenia
adalah suatu kekurangan
trombosit, yang merupakan bagian
dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi
berkisar antara 150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10 hari kira-kira 1/3
dari jumlah trombosit di dalam sirkulasidarah mengalami penghancuran di dalam
limpa oleh karena itu untuk mempertahankan
jumlah trombosit supaya
tetap normal di
produksi 150.000 - 450000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit
kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi
perdarahan abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul
jika jumlah trombosit
mencapai kurang dari 10.000/mL.(Sudoyo, dkk ,2006).
Trombositopenia dapat bersifat
kongenital atau di dapat, dan terjadi
akibat penurunan reproduksi
trombosit, seperti pada
anemiaaplastik,
mielofibrosis, terapi radiasi
atau leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti
pada infeksi tertentu ; toksisitas obat, atau koagulasi intravaskuler, diseminasi
(DIC); distribusi abnormal
atau sekuestrasi pada limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah
hemoragi atau tranfusi sel darah merah. (Sandara, 2003).Trombositipenia
didefinisikan juga sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari trombositopenia?
2. Bagaimana klasifikasi dari
trombositopenia?
3. Apa saja gejala klinis trombositopenia
secara umum?
4. Apa yang dimaksud dengan DIT dan ITP?
5. Bagaimana patogenesis DIT dan ITP?
6. Bagaimana pemeriksaan laboratorium untuk
trombositopenia?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang dapat
dilakukan?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan
antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari
trombositopenia
2. Agar dapat menjelaskan klasifikasi dari
trombositopenia
3. Agar dapat menjelaskan gejala klinis
trombositopenia secara umum
4. Agar dapat menjelaskan DIT dan ITP
5. Agar dapat menjelaskan patogenesis DIT
dan ITP
6.
Agar dapat menjelaskan pemeriksaan laboratorium untuk trombositopenia
7. Agar dapat menjelaskan penatalaksanaan
yang dapat dilakukan
D. Manfaat
Adapun manfaat yang
didapatkan antara lain:
1. Memahami definisi dari trombositopenia
2. Memahami klasifikasi dari trombositopenia
3. Memahami gejala klinis trombositopenia
secara umum
4. Memahami DIT dan ITP
5. Memahami patogenesis DIT dan ITP
6. Memahami pemeriksaan laboratorium untuk
trombositopenia
7. Memahami penatalaksanaan yang dapat
dilakukan
PENDAHULUAN
A. Definisi
Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit
darah perifer kurang dari normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi,
distribusi abnormal, dan destruksi trombosit yang meningkat atau artifactual.
Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara
150.000-450.000/µl, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah
trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh
karena itu untuk mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal diproduksi
150.000-450.000 sel trombosit per hari (Sudoyo, 2007).
Sepanjang kecenderungan
perdarahan dihubungkan dengan trombositosis dari gangguan mieloproliferatif, kelainan
trombosit kuantitatif yang menyebabkan perdarahan paling sering diakibatkan
oleh adanya pengurangan jumlah trombosit. Tidak ditemukan cacat klinis dari
hemostasis primer terjadi dengan jumlah trombosit lebih besar dari 80x109/l
apabila fungsinya normal. Meningkatnya perdarahan setelah trauma ditemukan
dengan jumlah 40-50x109/l, sedangkan perdarahan spontan dari kulit dan mukosa
terjadi hanya apabila jumlah trombosit turun sampai 20x109/l. Waktu perdarahan
kulit meningkat progresif pada saat jumlah trombosit turun sampai di bawah
80x109/l dan, apabila dilaksanakan dengan cara standar, merupakan tes yang baik
untuk hemostasis primer. Waktu perdarahan tidak terpengaruh oleh gangguan
koagulasi (Underwood, 1999).
B.ETIOLOGI
Penyebab dari ITP tidak diketahui
secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui pembentukan antibodi yang
menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit
ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons
tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi
untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya
sendiri. (Family Doctor, 2006). Meskipun
pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada
tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet
dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih
belum diketahui. (ana information center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan
oleh hipersplenisme, infeksi virus,intoksikasi makanan atau obat atau bahan
kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),kekurangan factor pematangan (misalnya
malnutrisi),
koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi
menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan
tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi
pada anak-anak) dan kronik bila lebih
dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu,
ITP juga terjadi pada pengidap HIV. sedangkan obat-obatan seperti heparin,
minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan
faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut :
purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam
lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus yang terkini, penyakit
virus yang terkini dan calar atau lebam.
* Penyebab pasti belum diketahui
(idiopatik).
* Tetapi kemungkinan akibat dari:
Hipersplenisme.
* Infeksi virus.
* Intoksikasi makanan / obat (asetosal para
amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
* Bahan kimia.
* Pengaruh fisi (radiasi, panas).
* Kekurangan factor pematangan
(malnutrisi).
* Koagulasi intra vascular diseminata CKID.
* Autoimnue.
JENIS ITP
A. Akut.
* Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
* Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan
setelah diagnosis (remisi spontan).
* Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
B. Kronik
* Trombositopenia berlangsung lebih dari 6
bulan setelah diagnosis.
* Awitan tersembunyi dan berbahaya.
* Jumlah trombosit tetap di bawah normal
selama penyakit.
* Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
C. Kambuhan
* Mula-mula terjadi trombositopenia.
* Relaps berulang.
* Jumlah trombosit kembali normal diantara
waktu kambuh.
C.KLASIFIKASI
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe
pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak, sedangkan tipe lainnya menyerang
orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita
penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa, sebagian besar dialami oleh
wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah penyakit
keturunan. (Family Doctor,2006). ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut
ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan
disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi
pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008).
Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik. (Bakta, 2006;
Mehta, et. al, 2006) ITP akut ITP kronik Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L: P1:11:2-3 Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL Lama penyakit 2-6
minggu Beberapa tahun Perdarahan Berulang Beberapa hari/minggu.
D. PATOFISIOLOGI
Idiopatic,infeksi virus hipersplenisme Antigen(makrofag)
menyerang trombosit Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen(di picu oleh
antibody) Pembentukan neoantigen Trombositopenia Splenomegali ,Anemia Nyeri,
Nafsu makan menurun, mudah lelah, kadar HB menurun. Gangguan kebutuhan
Nutrisi Intoleransi aktivitas.
Gangguan perfusi jaringan
Tanda dan Gejala
*
Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola,
varisela), atausetelah vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum
trombositopenia.
* Riwayat perdarahan.
* Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya
heparin, sulfonamid,
kuinidin/kuinin,
aspirin.
* Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga
yang menderita
trombositopenia atau
kelainanhematologi
* Manifestasi perdarahan (ekimosis multipel,
petekie, epistaksis).
* Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar.
* Infeksi.
* Bintik-bintik
merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena
adanya pendarahan dibawah kulit .
* Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau
membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit.
Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas ( lampiran Gambar 5 ).
Memar tipe ini disebut dengan purpura.
*
Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut
hematoma.
* Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada
gusi
* Ada
darah pada urin dan feses
*
Beberapa macam pendarahan yang sukar
dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan
pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada
otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah
akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala
yang lain.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adanya trombositopenia pada ITP ini
akan mengakibatkan gangguan padasistem hemostasis karena trombosit bersama
dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam
mempertahankan hemostasis normal.Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai
dari manifestasi perdarahan ringan,sedang, sampai dapat mengakibatkan
kejadian-kejadian yang fatal. Kadang
juga asimptomatik. Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun maka
kortikosteroid merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP. Pengobatan
akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit yang mendasari ITP
sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat pendarahan fatal,
atau pun penanganan-penangan pasien yang gagal atau relaps. (Ana information
center, 2008) Pendarahan di hidung atau gigi merupakan tanda-tanda utama
penyakit ITP namun kebanyakan penyakit hanya ada tanda-tanda lebam dan petekia
di anggota badan.
Gejala umum yang sering tampak pada pasien
trombositopenia adalah petekiae, ekimosis, gusi dan hidung berdarah,
menometorrhagia, sedangkan gejala yang jarang terjadi adalah hematuria,
perdarahan gastrointestinal, perdarahan intrakranial. Perdarahan biasanya
terjadi bila jumlah trombosit <50.000/mm3, dan perdarahan spontaan terjadi jika
jumlah trombosit <10.000/mm3 dan umumnya terjadi pada leukimia. Perdarahan
kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit
yang kurang. Bintik-bintik keunguan
seringkali muncul di tungkai bawah dan cederaringan bisa menyebabkan memar yang
menyebar. Bisa terjadi perdarahan gusi dandarah juga bisa ditemukan pada tinja
atau air kemih. Pada penderita wanita, darahmenstruasinya sangat banyak.
Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa
berakibat fatal. Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan
semakin memburuk. Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan
hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi
perdarahan otak (meskipun otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa
berakibat fatal. ITP banyak terjadi pada masa kanak-kanak, tersering
diprepitasi oleh infeksi virus dan biasanya dapat sembuh sendiri. Sebaliknya
pada orang dewasa, biasanya menjadi kronik dan jarang mengikuti suatu infeksi
virus. Pasien secara umum tampak baik dan dan tidak demam. Keluhan yang dapat
ditemukan adalah perdarahan mukosa dan kulit.
Perdarahan yang paling umum adalah epistaksis, perdarahan
mulut, menoragia, purpura, dan petekie. Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien
dalam keadaan baik dan tidak terdapat penemuan abnormal lain, selain yang
berhubungan dengan perdarahan. (Arief mansoer, dkk). Pemeriksaan atau diagnosa
penyakit ITP bisa melalui beberapa pertanyaan yang diajukan kepada penderita
(atau keluarga) penderita serta melalui pemeriksaan fisik. bisa juga dengan
menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel darah penderita.
(Family Doctor, 2006).Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan trombosit
<10.000/ml. Hitung jenis lain normal, terkecuali kadang-kadang dapat terjadi
anemia ringan yang disebabkan oleh perdarahan atau berhubungan dengan
hemolisis. Pemeriksaan morfologi sel darah normal, kecuali trombosit yang agak
membesar (megakariosit). Megakariosit ini merupakan trombosit yang dihasilkan
sebagai respon terhadap destruksi trombosit. (Arief mansoer, dkk)Pada
pemeriksaan, sumsum tulang terlihat normal, dengan jumlah megakariosit normal
atau meningkat.
Tes koagulasi terlihat mendekati normal.Meskipun tes
tersebut sangat sensitif (95%) namun sangat tidak spesifik dan 50% dari semua
pasien dengan trombositopenia dari berbagai sebab dapat mempunyai peningkatan
Ig G trombosit. (Arief mansoer, dkk) Diagnosis ITP adalah pada pemeriksaan
terdapat perdarahan di kulit bahkan mimisan dan pada laboratorium jumlah
trombosit menurun dan pada pemeriksaan BMP (bone marrow puncture) terdapat sel
megakariosit. Pengobatan ITP.
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
* Hitung
darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
* Anemia
normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
* Leukosit biasanya normal: bila
terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
* Ringan pada
keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
* Sum-sum tulang biasanya normal,
tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan maturation arrest pada stadium
megakariosit.
* Masa perdarahan memanjang, masa
pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption
memendek, test RL (+).
G. PENATALAKSANAAN
A. ITP Akut
* Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh
spontan.
* Bila
setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
* Bila
tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin
* Bila keadaan
gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
B. ITP Menahun
*
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
* Missal:
prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap
kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
*
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
- Azatioprin 2 – 4
mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2
mg/kgBB/hari per oral.
* Splenektomi.
- Indikasi:
*
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 –
3 bulan.
* Remisi spontan tidak terjadi dalam
waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang
sampai berat.
* Penderita
yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk
mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
- Kontra indikasi:
* Anak
usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih
oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
* Gangguan
pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
* Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
* Gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa
oksigen darah.
* Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
* Kurang
pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan:
* Menghilangkan
mual dan muntah
* Criteria
standart:
* Menunjukkan
berat badan stabil
* Intervensi
keperawatan
* Berikan
nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
* Rasional :
mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
* Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
* Rasional
: porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori.
* Pantau
pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
*
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
* Lakukan
konsultasi dengan ahli diet.
* Rasional
: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
* Libatkan
keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
* Rasional
: meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
* Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
* Tekanan
darah normal.
* Pangisian
kapiler baik.
Kriteria standart:
* Menunjukkan
perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
* Intervensi
keperawatan:
* Awasi TTV,
kaji pengisian kapiler.
* Rasional
: memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan intervensi.
* Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi.
*
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
* Kaji untuk
respon verbal melambat, mudah terangasang.
* Rasional :
dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
* Awasi upaya
parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
* Rasional
: dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.
*
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan
kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
* Mengurangi
distress pernafasan.
Kriteria standart:
*
Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
·
Pelaksanaan sesuai dengan ITP
dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai dengan literature)
EVALUASI
·
Penilaian sesuai dengan
criteria standart yang telah ditetapkan dengan ]perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
36-SITI MARYAM MULYANA PUTRI 1A TROMBOSITOPENIA
waaaaaahhh kereeennnn.......
BalasHapus